Invasi Rusia, Roman Abramovich, dan Galaunya Chelsea

Ulasan  
Pemilik klub Chelsea Roman Abramovich sedang menjari sorotan pascaserangan Rusia ke Ukraina. (Foto: EPA/Facundo Arrizabalaga)
Pemilik klub Chelsea Roman Abramovich sedang menjari sorotan pascaserangan Rusia ke Ukraina. (Foto: EPA/Facundo Arrizabalaga)

Dampak meletusnya invasi Rusia ke Ukraina terus meluas. Efeknya seperti bara api. Bergulir panas dan merembet ke mana-mana. Termasuk lapangan sepak bola.

Selain mengusik aktivitas sepak bola dua negara, serangan Rusia ke Ukraina sudah menyebabkan pergantian lokasi final Liga Champions dan penangguhan sejumlah klub Eropa atas sponsor dari perusahaan Rusia. Terkini, muncul desakan agar aset pemilik Chelsea asal Rusia, Roman Abramovich disita.

Pangkal masalah bergulir pada Kamis, 24 Februari kemarin. Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di wilayah Donbas, Ukraina timur.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tuduhan invasi dibantahnya. Putin berdalih ingin menyelamatkan dua wilayah Ukraina timur yang memisahkan diri, Luhansk dan Donetsk.

Putin sudah mulai mengirimkan pasukan sejak Senin. Langkah itu disebut sebut untuk "menjaga perdamaian" di sana. Namun, serangan meletus, menelan banyak korban jiwa. Kepanikan menyelimuti Ukraina, banyak orang berusaha menyelamatkan diri.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy langsung memberlakukan darurat militer di negara tersebut pascaserangan. Buntutnya, banyak sektor domestik terdampak.

Salah satu terkena imbas adalah kompetisi sepak bola Liga Ukraina. Liga papan atas yang diisi klub Zenit Petersburg dan Dynamo Kiev dipastikan berhenti.

Turnamen antarklub Eropa, Liga Champions juga ikut terseret. Awalnya, Federasi sepak bola Eropa UEFA menjadwalkan final Liga Champions digelar St Petersburg, Rusia pada 28 Mei mendatang. Namun, pascaserangan, rencana itu dipertimbangkan ulang.

UEFA lalu mengadakan rapat resmi pada Jumat (25/2/2022). Hasilnya, lokasi untuk final yang sedianya digelar di Stadion Krestovsky (Gazprom Arena) digeser ke Stad de France, Paris.

UEFA sekarang mendapat tekanan untuk membatalkan kesepakatan 33 juta poundsterling (sekitar Rp636 miliar) per musim mereka dengan Gazprom. Perusahaan energi milik Rusia adalah sponsor kompetisi UEFA Nations League dan final Piala Eropa (Euro) 2024.

Beberapa klub Eropa belakangan ikut mengambil langkah menyikapi perang. Klub Bundesliga, Shcalke 04 salah satu yang mengumumkan bakal mencopot sponsor Gazprom dari kaus tim.

Manchester United juga menyiapkan langkah pemutusan kerja sama sponsor dengan maskapai penerbangan Rusia, Aeroflot.

Roman Abramovich

Salah satu nama paling disorot pascaserangan Rusia ke Ukraina adalah Roman Abramovich. Miliarder Rusia adalah pemilik klub papan atas Liga Inggris, Chelsea.

Anggota parlemen Inggris, Chris Bryant mendesak pemerintah Inggris menyita aset Abramovich termasuk melarangnya memiliki klub sepak bola.

Bryant menyuarakan pendapat berdasar informasi dari dokumen yang bocor pada tiga tahun lalu. Abramovich menurutnya melakukan kegiatan bisnis dan politis kotor. Kegiatan itu, kata dia, masih terkait erat dengan Putin.

Abramovich lahir 24 Oktober 1966 di Saratov, Rusia dari keluarga Yahudi. Yang menarik, ibunya disebut-sebut keturunan Ukraina. Si Ibu pergi meninggalkan Ukraina bersama orang tuanya pada masa awal Perang Dunia II. Meski begitu, keterangan soal ini dikutip dari Wikipedia. Masih butuh ditelusuri lagi kebenarannya.

Roman tumbuh sebagai yatim piatu sejak usia tiga tahun. Ia sempat dibesarkan pamannya lalu tinggal bersama neneknya di Moskow. Lulusan kuliah jarak jauh Akademi Hukum Negeri Moskow ini kemudian membangun kerajaan bisnisnya dengan membeli saham-saham industri yang kolaps pascajatuhnya Uni Soviet.

Ia pernah menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan minyak besar Sibneft dan RusAl, produsen aluminium terbesar kedua di dunia.

Abramovich mencuri perhatian dunia sepak bola pada Juni 2003. Namanya muncul ke publik sebagai pemilik perusahaan konsorsium yang mengakuisisi Chelsea FC. Saat itu The Blues tengah didera krisis finansial.

Roman datang sebagai penyelamat. Ia kemudian menyuntikan dana besar-besaran ke klub bermarkas di Stamford Bridge. Salah satunya untuk belanja pemain-pemain terbaik saat itu.

Chelsea dalam waktu singkat bangkit lagi menjadi klub disegani di Inggris dan Eropa. The Blues tercatat memenangkan lima gelar Premier League, dua trofi Liga Champions, dan belasan gelar bergengsi lainnya selama berada di tangan Roman.

Selain dikenal sukses sebagai pebisnis sepak bola, Abramovich juga dikenal sebagai politikus. Ia disebut-sebut dekat dengan lingkaran penguasa Rusia. Sejak usia 30 tahun, ia dikabarkan sudah menjalin kedekatan erat dengan Presiden Rusia Boris Yeltsin.

Abramovich kabarnya pernah tinggal di dalam kompleks istana bersejarah Kremlin atas undangan keluarga Yeltsin. Pada 1999, saat berusia 33 tahun ia terpilih menjadi gubernur provinsi Chukotka di Rusia.

Abramovich digadang-gadang sebagai orang yang pertama kali merekomendasikan nama Vladimir Putin sebagai penerus Yeltsin sebagai presiden. Ia sampai sekarang disebut sebut sebagai orang kepercayaan Putin. Kabar ini yang kemudian memicu sorotan tajam kepada Roman.

Dampaknya ke Chelsea

Tekanan agar aset Abramovich disita jelas memiliki dampak kepada The Blues. Selain bisnisnya di sektor lain, Chelsea adalah salah satu aset besar taipan Rusia di Inggris.

Rumornya, bila penyitaan aset benar benar dilakukan, kondisi keuangan klub bermarkas di Stamford Bridge bakal goyang. Hal itu tidak hanya mengusik manajemen The Blues. Skuad pun ikutan galau dibuatnya.

Pelatih The Blues Thomas Tuchel mengakui isu-isu tersebut menyebabkan suasana ketidakpastian di dalam klub. Padahal Chelsea bakal menghadapi Liverpool dalam final Piala Carabao Ahad besok.

Fokus mereka ke laga penting tersebut akhirnya menjadi terpecah. Di satu sisi, mereka memastikan klub menilai situasi di Ukraina tidak bisa dibenarkan dan sangat menakutkan. Tuchel tidak pernah menyangka itu akan terjadi.

"Kami tidak bisa berpura-pura ini bukan sebagai isu," kata Tuchel, Jumat (25/2/2022). "Situasinya (di Ukraina) untuk saya dan staf, dan semua orang di Cobham, para pemain, sangat buruk"

"Tidak ada yang menyangka ini terjadi. Sulit dipercaya...ini menggantungi pikiran kami, membayangi langkah kami menatap laga final."

Tuchel mengatakan, pihaknya tentu menyadari tekanan yang sedang dihadapi klub dan terkait pemiliknya. Ia mengaku sama gelapnya bila bicara informasi dari dalam klub.

Bukan bermaksud lepas tangan. Ia masih menunggu kejelasan. Saat ini, upayanya adalah tetap menjaga fokus klub ke pertandingan-pertandingan mendatang.

"Kami tidak memiliki informasi dalam sebanyak yang Anda kira," kata Tuchel.

"Namun saya pikir langkah tepat dari tim, staff, dan termasuk saya, untuk tidak terlalu terlibat dalam hal politik, cukup memusatkan diri pada olahraga dan menjalankannya"

"Buka karena kami lepas tangan dari itu, situasinya sudah jelas, (perang) itu mengerikan, tidak usah diragukan..."

"Namun marilah sedikit bersabar dan memahami apa langkah-langkah lanjutan yang bakal terjadi, dan mungkin kami harus menerima apa pun hasil itu dan beradaptasi," ujar juru taktik asal Jerman.

Sumber: BBC Sport, Wikipedia, BBC News

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Mantan bek kanan di liga kampus. Masih belajar jadi versi terbaik.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image