Menelisik 'Keanehan' Keputusan Messi Memilih Inter Miami

Ulasan  
Kapten timnas Argentina, Lionel Messi, saat mengangkat trofi Piala Dunia 2022  Qatar
Kapten timnas Argentina, Lionel Messi, saat mengangkat trofi Piala Dunia 2022 Qatar

Apa yang dilakukan Lionel Messi nyaris selalu mendapat sorotan. Terutama di kalangan penggemar sepak bola.

Sah-sah saja. Sudah banyak prestasi tercatat atas nama kapten tim nasional Argentina itu. Secara individu, Messi mengoleksi tujuh Ballon d'Or.

Sesuatu yang tak bisa ditandingi pemain lain, sepanjang sejarah lapangan hijau. La Pulga telah meraih segalanya di level klub dan timnas. Kini ia tinggal menikmati masa-masa menuju pensiun.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Usianya menyentuh angka 35. Dalam hal teknis atau skill bermain bola, kemampuan Messi, permanen. Namun eks Barcelona itu tidak seagresif beberapa tahun silam.

Meski demikian, ia tetap populer di situasi apa pun. Termasuk ketika sang penyerang hendak berganti klub. Ayah tiga anak ini memasuki tahun terakhir di Paris Saint Germain.

Kedua kubu memutuskan untuk tak melanjutkan kerja sama. Setelah 30 Juni 2023, Messi merapat ke Inter Miami. Fakta ini membuat saya bertanya-tanya.

Saya penasaran apa yang ada dalam pikirannya. Ini mengingat ada dua hal besar yang ia tepis. Pertama, seputar kemungkinan dirinya kembali ke Barca.

Berikutnya, ia menolak tawaran upah selangit dari klub Arab Saudi. Bayangkan, andai Messi mau bergabung dengan Al-Hilal, ia jadi pesepak bola dengan upah tertinggi sepanjang masa. Tepatnya sekitar 400 juta euro atau setara Rp 6,5 triliun per tahun.

Jumlah demikian tak bisa mengubah pendiriannya. Setelah saya menelisik berbagai artikel, saya akhirnya mendapat jawaban. Tentu saja ini subyektivitas saya.

Pada intinya Messi sudah selesai dengan hidup penuh sorotan kamera. Ia telah meraih segalanya. Kini ia hanya ingin menikmati bermain bola tanpa tekanan berlebih. Selama dua dekade ia menjadi penanggungjawab apa pun yang terjadi dengan timnya.

Ia menuju Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat. Benar bahwa kompetisi ini terus mengalami peningkatan. Terjadi evolusi terkait kualitas permainan setiap tim.

Namun sepak bola belum menjadi olahraga terpopuler di negeri Paman Sam. Itu mungkin yang menjadi dasar pertimbangan La Pulga. Minimal, kesempatan dirinya untuk sekadar jalan-jalan di tempat terbuka, tanpa pengawalan ketat, lebih besar.

Sekali lagi, ini subyektivitas saya. Alasan terkuat, hanya Messi yang tahu. Sukses selalu La Pulga. Salah satu sosok fenomenal di panggung lapangan hijau.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Semua jawaban tentang kehidupan ada di dirimu sendiri

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image