Penalti Kontroversial Jota Bunuh Kerja Keras Palace
Diogo Jota tahu dia punya peluang. Melihat ke atas, bola lambung yang diumpan jauh dari belakang lapangan dibiarkan memantul ke dalam kotak penalti. Ia ragu menendang, mungkin momentumnya kurang pas. Bola limbung coba dikontrol dengan dada, tetapi braaak, benturan dengan kiper membuatnya jatuh tergeletak.
Jota menunjukan gestur protes, wasit mengabaikan. Tidak ada peluit berbunyi. Situasinya memang meragukan. Siaran ulang menunjukkan bola lepas saat tabrakan terjadi. Tidak ada momen mengancam gawang.
Eh, tiba-tiba wasit meminta jeda. Pengadil lapangan rupanya ingin menyaksikan lagi kejadian itu. Berulang kali rekaman diulang lewat layar video assistant referee (VAR). Selang sekitar setengah menit, wasit menunjuk titik putih. Penalti diberikan.
Fabinho, maju ke titik 16 pas, mengeksekusi sempurna. Di penghujung laga, Liverpool kini unggul tiga gol.
Pemain Crsytal Palace menatap lunglai. Gairah beroktan tinggi yang meluap sejak babak kedua seakan tersedot ke dasar bumi. Wajar, mereka sedang asyik-asyiknya menyerang.
Sempat tertinggal 2-0 di babak pertama, mereka tanpa diduga 'menggila' di paruh dua dan sudah bikin satu gol balasan. Tinggal menunggu waktu rasanya sampai gol kedua tercipta. Penalti tersebut, membunuh kerja keras mereka.
"Kami berhasil bangkit di babak kedua. Kami menemukan cara untuk menekan mereka. Fisik mereka drop dan kami bikin satu gol dan kembali ke permainan. Kami memiliki momentum dan tempo," Manajer Crystal Palace, Patrick Vieira menanggapi usai laga.
"Lalu keputusan penalti itu tiba-tiba datang. Keputusan keliru wasit yang berdampak besar. Anda harus bertanya wasit tersebut untuk menjelaskannya," ketus mantan gelandang Arsenal tampak kesal.
Hilang Momentum dan Kebangkitan
Bertandang ke Selhurst Park malam tadi, Liverpool memang sulit dibendung sejak awal paruh pertama. Gelombang serangan dilancarkan skuad Jurgen Klopp secara bertubi-tubi.
Membuka keunggulan cepat lewat sundulan Van Dijk pada menit ke-8, The Reds berhasil menggandakannya pada menit 32' lewat tendangan keras Alex Oxlade- Chamberlein dari kanan gawang. Di luar dua gol tersebut, banyak peluang emas lain dimiliki jota dan kolega. Pantas disebut, Liverpool menguasai jalannya babak pertama.
Namun situasi berubah 180 derajat pada babak kedua. Tak terduga, Palace bangkit dengan cepat dan tampil sangat agresif. Ancaman demi ancaman mereka tebarkan. Kalau bukan karena penampilan gemilang kiper Allison Becker, Liverpool mungkin banyak kebobolan.
The Eagles akhirnya memperkecil kedudukan. Umpan terobosan apik mengecoh bek The Reds, diteruskan dengan umpan ke kaki Odsonne Edouard yang mudah saja menceploskan bola ke sisi kiri gawang Allison.
Palace makin trengginas, Liverpool yang sudah kehilangan momentum, tampak kian kedodoran.
Beberapa kali Conor Gallagher dan kolega bikin repot barisan pertahanan tim tamu. Tim Elang bekerja keras, ngotot, berusaha bikin kedudukan imbang. Namun asa itu anjlok. Hadiah penalti untuk Jota, diberikan wasit dua menit menuju akhir pertandingan, membunuh peluang.
"Ketika mencetak gol balasan, permainan seketika menjadi milik kami untuk merebut hasil imbang. Namun keputusan wasit membunuh kerja keras kami hari ini," ujar Patrick Vieira.
Kepintaran Jota
Patrick Vieira menilai penalti diberikan berkat kepintaran Diogo Jota memainkan siasat saat adu kontak. Mantan andalan Timnas Perancis ini sempat berdiskusi dengan tim wasit soal itu.
Jawaban mereka sederhana saja. Hadiah tendangan titik putih diberikan karena terbukti adanya kontak fisik. Tim wasit menyebut pelanggaran sepak bola diukur salah satunya lewat parameter kontak fisik yang terjadi di lapangan.
Vieria tentu memahami itu. Pengalamannya di lapangan hijau sudah mengajarkan. Ia tetap beranggapan wasit sebenarnya tahu bikin kesalahan dan enggan mengakui. Itu bikin dia frustrasi.
"Saya sangat frustasi dengan keputusan ini," kata dia. "Saya sudah sering melihatnya berkali-kali, itu jelas bukan penalti."
Sumber: BBC Sport, Sky Sports
Baca juga: Crystal Palace Vs Liverpool 1-3, Vieira Kritik Penalti The Reds